![]()  | 
| Foto atjehpost.com | 
BANDA ACEH  — Ratusan korban konflik asal Kabupaten  Aceh Tengah dan Bener Meriah berunjukrasa di kantor Gubernur Aceh untuk  menagih janji Penjabat Gubernur Tarmizi A. Karim, Senin (23/4). Mereka  menuntut agar Pemerintah Aceh memberikan kompensasi atas rumah yang  dirusak dan dibakar semasa konflik.
Unjukrasa dimulai sekira pukul 10.30 WIB. Ratusan warga tumpah ke  halaman depan kantor Sekretariat Aceh yang terletak di Jalan Teuku Nyak  Arief Banda Aceh. Seratusan lebih aparat keamanan dikerahkan untuk  mengamankan jalannya aksi. Di samping kiri kantor, dekat tempat parkir  sepeda motor, sebuah mobil water cannon disiagakan. Di samping kanan,  dekat pintu keluar, beberapa mobil pengangkut pasukan parkir.
Aksi berlangsung damai. Sejumlah ibu-ibu ikut membawa serta anak  kecil. Bahkan, seorang ibu muda terlihat menggendong bayinya yang masih  berusia 2,5 bulan.
Koordinator Aksi Maulana Ridha menyebutkan, kedatangan mereka ke  Banda Aceh untuk menagih janji yang pernah disampaikan Penjabat Gubernur  Tarmizi A. Karim beberapa waktu lalu. Dalam sebuah aksi di Pendopo  Gubernur, korban konflik asal Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah ini  pernah dijanjikan akan segera memperoleh kompensasi atas rumah mereka  yang dirusak atau dibakar semasa konflik.
“Hingga sekarang belum ada realisasinya. Makanya, kami datang lagi ke  Banda Aceh untuk menagih janji Pj Gubernur,” kata Maulana kepada  wartawan di sela-sela aksi, Senin (23/4).
Maulana menyebutkan, lebih seribu korban konflik di kedua kabupaten  di dataran tinggi Gayo itu belum memperoleh bantuan dari pemerintah.  “Data mereka yang berhak memperoleh rumah sudah ada, tapi rumah belum  mereka peroleh,” kata Maulana.
Selama ini, kata Maulana, sejumlah rumah untuk korban konflik sudah  dibangun pemerintah. Namun, bantuan itu tidak tepat sasaran. “Malah ada  yang bukan korban konflik memperoleh rumah bantuan,” kata dia.
Ia meminta Pemerintah Aceh segera menuntaskan rumah ini. “Kita  khawatir terjadi konflik sosial di tengah masyarakat,” ujarnya. Sayang,  Penjabat Gubernur Tarmizi A. Karim yang hendak mereka temui tak berada  di kantor. Ia tengah berada di Jakarta.
Sementara itu, Kasidah, warga Desa Pondok Baru, Kecamatan Permata,  Bener Meriah, mengaku ikut aksi ini untuk menuntut bantuan rumah dari  pemerintah. Semasa pemerintah memberlakukan darurat militer di Aceh,  sekelompok orang meminta Kasidah membongkar rumahnya yang terletak di  perkebunan kopi miliknya.
“Saya tidak tahu apa alasan orang itu menyuruh saya membongkar rumah,” kata Kasidah kepada acehkita.com.
Kasidah dan keluarganya memang tinggal terasing dari kelompok warga  lain. Ia membangun rumah di kebun kopi yang jauh dari perkampungan  penduduk. “Tapi memang di situlah tempat kami mencari nafkah. Makanya  saya dan suami membangun rumah di situ,” kata Kasidah.
 Dengan terpaksa, Kasidah membongkar rumahnya di areal perkebunan kopi  seluas dua hektar. Ia lantas membangun sebuah rumah baru di  perkampungan, berbaur dengan warga lain. “Saya tidak pernah mendapat  bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Editor: Safrizal
Sumber: acehkita.com 











          
Tidak ada komentar: