Intelijen Militer Rusia menuduh AS berada dibalik penyebab kecelakaan Sukhoi Superjet 100

Organisasi Intelijen Militer Rusia (GRU) percaya bahwa Amerika Serikat (AS) berada dibalik penyebab kecelakaan pesawat Rusia Sukhoi Superjet 100 di Jakarta pada Rabu (9/5/2012) lalu, yang menewaskan sekitar 45 orang.

"Kami tahu bahwa mereka (AS) memiliki peralatan khusus yang dapat memotong komunikasi antara sebuah pesawat dan
tanah atau mengganggu parameter di tanah," kata seorang jenderal GRU, tanpa menyebutkan nama, dikutip Christian Science Monitor.


Jenderal itu lebih jauh mengatakan bahwa jamming elektronik peralatan jet onboard adalah penjelasan yang paling masuk akal untuk membanting pesawat ke sisi Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat yang masih aktif itu.

Menurut pejabat senior GRU itu, pasukan intelijen Rusia telah lama mengamati aktivitas para ahli elektronik militer AS di bandara Jakarta.

Pemeriksaan pada perekam suara kokpit kotak hitam pesawat telah menunjukkan bahwa tidak ada masalah sistematik atau kegagalan fungsi pesawat selama beberapa menit sebelum kecelakaan.

Hal yang selama ini paling dipertanyakan adalah tentang insiden mengapa pilot pesawat, Alexander Yablontsev, yang merupakan pilot Rusia paling berpengalaman, meminta izin untuk turun dari ketinggian di tengah-tengah cuaca yang berbahaya di daerah pegunungan, dan anehnya pihak pengontrol di bandara Jakarta memberikan izin.

"Disisi lain, kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa ini adalah sabotase industri yang disengaja untuk menyingkirkan pesawat kami dari pasaran," kata seorang pejabat Rusia, yang tidak menyebutkan namanya, bersama perusahaan Sukhoi tersebut.

Tuduhan semacam itu pada kesempatan tertentu telah dibuktikan oleh fakta. Pada tahun 2004, mantan anggota Angkatan Udara AS yang merupakan seorang penasihat khusus mantan Presiden AS Ronald Reagan mengungkapkan dalam sebuah buku berjudul The Abyss, sebuah sejarah Perang Dingin orang dalam, yang mana pada 1980-an, CIA terlibat dalam perang cyber untuk menyabotase proyek jaringan pipa yang mengirim gas dari mantan Uni Soviet ini ke Eropa barat. (siraaj/arrahmah.com)

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply