Menulis Opini itu (Tak) Mudah

Oleh : James P. Pardede. 
Sebelum berkecimpung di dunia jurnalistik, sejak duduk di bangku  kuliah penulis sudah aktif menulis di berbagai media. Tulisan-tulisan yang dihasilkan ada beberapa jenis, mulai dari puisi, cerpen, feature, catatan perjalanan, artikel remaja dan sesekali menulis opini. Keseriusan dalam menulis ini menjadi pintu gerbang saya masuk ke dunia jurnalistik, yang dalam penulisan berita dan artikel harus tetap berpedoman pada rambu-rambunya : 5 W + 1 H (What, Where, Who, Why, When + How).

Kalau belakangan ini ada banyak berita-berita yang memunculkan informasi tentang sesuatu hal tapi tidak berpedoman pada kode etik jurnalistik dan rumus 5 W + 1 H tadi, berarti berita tersebut adalah opini dari wartawannya sendiri atau hanya dilaporkan berdasarkan pandangan mata saja tanpa mau menggali sesuatu yang tersirat dibalik kejadian itu.

Opini wartawan dalam laporan jurnalistik sangat diharamkan. Sebagai contoh, ketika wartawan melaporkan sebuah berita korupsi atau penyelewengan dana, berita tentang sidang dan perkara lainnya, opini dari wartawan tentang kasus-kasus seperti ini sangat diharamkan. Karena, ketika si wartawan larut dengan opininya, maka berita yang dilaporkan akan timpang dan tidak berimbang. Ketika wartawan menuangkan opininya, ada kemungkinan tulisan yang dihasilkan akan memberatkan seseorang atau justru meringankan seseorang.

Itu sebabnya, beberapa surat kabar menyediakan kolom opini bagi masyarakat juga bagi wartawannya. Di kolom inilah kita bisa ikut bergabung menyampaikan pendapat kita. Seorang wartawan juga bisa menulis opininya di halaman ini. Hanya saja, tulisan opini seorang wartawan sering menyelipkan percakapan yang akhirnya melahirkan sebuah tulisan semi feature atau semi opini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, opini itu adalah: pendapat, pikiran, gagasan, ide atau pendirian. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapat, ide dan gagasannya. Hanya saja harus mengikuti kaidah dan hukum yang berlaku. Opini bukan berarti kita dengan seenaknya mengkritisi seseorang atau kebijakan tertentu tanpa bukti dan fakta yang akurat.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengeluarkan opini kita. Baik di tempat kerja, di sekolah, di kampus atau dimana saja. Ketika seseorang menanyakan apa kesan Anda terhadap pemerintahan SBY - Pasti setiap orang dari kita memiliki opini yang berbeda-beda. Ketika opini itu dikembangkan, kita perlu banyak fakta dan data-data pendukung untuk menjadikan opini itu makin bagus dan ketika dibaca oleh orang lain akan memberikan pencerahan dan pemahaman yang lebih luas.

Opini setiap orang tentang pemerintahan SBY akan melebar ke banyak hal. Ada yang mengupasnya dari sisi kejelekannya, kebaikannya, menteri-menterinya dan lain sebagainya. Menuliskan opini yang bagus dan dipertimbangkan pemuatannya tidak mudah. Banyak penulis pemula yang memiliki keberanian mengirimkan karya tulis opininya terkendala pada kaidah-kaidah penulisan dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Memang, adakalanya pengasuh halaman memuat tulisan yang unik dan sesekali melanggar aturan penulisan yang berlaku sepanjang tulisan yang dianggap layak muat dan memiliki manfaat bagi pembacanya. Tulisan-tulisan yang sampai ke meja redaksi biasanya tidak langsung dimuat begitu saja. Ada banyak pertimbangan yang diberikan terhadap tulisan-tulisan yang masuk. Mulai dari tema yang diangkat, apakah masih aktual, penggunaan bahasanya dan pola penulisannya apakah mengalir seperti air atau lompat-lompat.

Ada baiknya artikel atau opini yang ditulis berkaitan dengan masalah aktual yang sedang diperbincangkan masyarakat, tidak bersifat menghasut, mengadu domba, memfitnah, membela pihak tertentu tanpa ada perimbangan tulisan dan isinya bernada emosi secara berlebihan.

Isi tulisan sebaiknya lebih berupa suatu solusi terhadap berbagai persoalan yang ada di tengah-tengah masyarakat dan tidak terkesan menggurui atau memaksa masyarakat agar melakukan apa yang ditulis. Dalam menulis opini pun, kita harus lebih dulu mengikuti ritme atau ciri khas dari surat kabar yang akan kita tuju. Jangan sampai tulisan yang kita kirim salah alamat.

Fakta dan Data
Ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam menulis opini. Pertama, tulislah sebuah opini berdasarkan fakta yang ada di hadapan kita. Pilih fakta yang menarik banyak kalangan. Atau fakta yang terbaru. Karena sifat koran atau majalah yang mengejar kebaruan, maka jangan menulis fakta lama yang sudah tak banyak dibicarakan lagi. Biasanya, penulis yang sudah bisa membaca jaman akan tahu topik-topik apa yang menarik untuk dibahas.

Kedua, menulis opini berarti menuliskan ide dan gagasan kita terhadap sebuah fakta atau masalah, kita tak harus sepaham dengan orang lain atau menyetujui apa yang dikatakan orang tersebut. Kita bisa berbeda dengan orang lain. Lebih baik lagi bila opini kita terhadap sebuah fakta berdasarkan sudut pandang yang belum disampaikan oleh orang atau penulis lain. Sebuah fakta tentu multi sudut pandang. Misalnya saja, di hadapan kita ada fakta terjadinya bencana alam. Fakta ini bisa dilihat dari sudut pandang pemerintah, anggota DPR, masyarakat biasa dan yang lebih spesifik lagi.

Ketiga, tulislah latar belakang sebuah fakta. Walaupun tulisan opini, untuk lebih menajamkan sebuah tulisan, sebaiknya sertakan latar belakang fakta dengan selengkap mungkin. Jangan sampai kita menulis tanpa memberi latar belakang fakta. Karena tulisan seperti itu akan kurang menarik. Fakta dalam hal ini akan lebih kuat jika disertai data-data konkrit yang bisa menguatkan tulisan opini kita.

Keempat, jangan ragu dalam menyampaikan argumen dan gagasan kita. Karena, sebuah opini akan lebih dinikmati pembaca jika disertai argumen yang kuat. Argumen dapat disertai dengan data statistik berkaitan dengan fakta yang ditulis atau kutipan pendapat ahli tentang hal yang sama. Data statistik akan sangat membantu dalam menyajikan sebuah opini atau memperkuat opini yang kita sajikan. Pendapat ahli juga akan memperkukuh opini kita. Data dan pendapat ahli yang disajikan bersamaan akan menjadikan opini kita bukan opini sembarangan, tapi perlu dipertimbangkan.

Langkah kelima adalah, jangan lupa memberikan solusi atau jalan keluar sebuah permasalahan yang kita bahas secara panjang lebar. Jika kita beropini sebaiknya sajikan jalan keluar terhadap fakta yang kita kupas. Jalan keluar bisa lebih dari satu. Bisa disertai dengan penjelasan akan keefektifan setiap jalan keluar yang kita tawarkan. Pokoknya, jangan menulis opini kalau didalam tulisan opini itu tidak ada solusi yang kita tawarkan.

Dari paparan ini dapat disimpulkan, menulis opini itu mudah sekaligus tidak mudah. Mudah ketika kita bisa menuliskan apa yang ada dalam pemikiran kita. Menulis opini itu tidak mudah ketika rambu-rambu yang diterapkan terhadap tulisan kita harus memenuhi aturan yang berlaku, mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sebelum menulis opini, kita juga harus terlebih dahulu membaca tulisan-tulisan atau opini yang dimuat di media atau surat kabar yang akan kita tuju. Pastikan tulisan atau opini yang kita kirim tidak salah tempat dan salah alamat. Selamat menulis opini. ***

Penulis adalah jurnalis tinggal di Medan.



Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply